Menelisik Kisah Sejarah Candi Dieng

Kemampuan ilmu arsitektur mereka yang hidup dimasa lalu kadang di luar akal logika kita. Pada zaman yang segala sesuatu serba terbatas mereka bisa membuat bangunan-bangunan dengan nilai seni tinggi dimana kekuatannya tak kalah bahkan lebih kokoh dari bangunan-bangunan yang dibuat pada zaman modern.


Contohnya adalah candi-candi yang banyak tersebar di wilayah dataran tinggi Dieng. Dari hasil penelitian, Candi Dieng dibangun pada kisaran abad delapan hingga sembilan. Bahkan ada kemungkinan, beberapa candi di Dieng di buat jauh sebelum abad ke Delapan.
Candi-candi di Dieng sempat hilang ketika akibat faktor alam, wilayah dataran ini dibanjiri oleh air dan menjadi genangan Telaga yang sangat luas.
Pada Tahun 1814, Seorang tentara Inggris yang sedang berlibur ke daerah ini tanpa sengaja melihat sekumpulan Candi yang terendam dalam genangan telaga, Penemuan tersebut kemudian ditindak lanjuti oleh pemerintah Hindia Belanda pada masa itu. Pada Tahun 1956, diadakan upaya pengeringan Telaga tersebut yang dipimpin oleh Van Kinsbergen, yang kemudian dilanjutkan dengan pencatatan dan pengambilan gambar delapan tahun kemudian.
Di Dataran Tinggi Dieng terdapat 19 candi tetapi hanya delapan yang masih utuh berdiri. Umumnya Candi-Candi di Dieng memiliki nama sesuai dengan nama tokoh Pewayangan. Sampai hari ini belum diketahui secara pasti siapa yang memberi nama pada candi-candi tersebut.

KOMPLEK CANDI ARJUNA ( PANDAWA LIMA )

komplek candi arjuna dieng

Kelompok Candi yang terletak di tengah-tengah wilayah Dieng ini dipercaya sebagai candi tertua dibanding candi-candi yang lain. Candi yang dibangun pada masa Dinasti Sanjaya ini konon hanyalah sebagian dari Puing-puing Candi yang dulunya jauh lebih megah dan besar.
Komplek Candi Arjuna terdiri atas lima Candi, empat Candi berjejer menghadap ke arah barat, yaitu; Candi Sembadra, Candi Srikandi, dan Candi Puntadewa, dan satu Candi menghadap ke arah timur, yaitu Candi Semar.

Kelima candi yang berada berdekatan di Kompleks Candi Arjuna memiliki perbedaan bentuk satu dengan yang lainnya. Candi Arjuna, sebagai candi utama, merupakan sebuah candi yang berdenah dasar persegi dengan luas ukuran sekitar 6 m². Atap Candi Arjuna berbentuk serupa kerucut, semakin ke atas semakin mengecil. Di dalamnya, terdapat yoni berbentuk meja yang bagian tengahnya berlubang dan dapat menampung tetesan air dari langit atap candi. Apabila lubang penampung ini penuh, air akan dialirkan ke bagian lingga dan diteruskan ke bagian depan luar candi.

Candi Semar yang berhadapan dengan Arjuna adalah sebuah candi berukuran 3,5 m x 7 m. Berbeda dengan Candi Arjuna yang atap bangunannya tinggi, Candi Semar lebih pendek dan atapnya berbentuk limasan. Candi Sembadra, Candi Srikandi, dan Candi Puntadewa memiliki bentuk dasar seperti kubus dengan ukuran dan bentuk yang berbeda-beda satu dan lainnya.
Bentuk kelima candi tersebut memiliki ciri masing-masing. Candi Arjuna memiliki dasar persegi dengan luas sekitar 6 meter persegi, atap berbentuke kerucut. Terdapat Yoni berbentu segi empat dengan lubang pada tengahnya.  Candi Puntadewa, sembadra, dan Srikandi yang terletak disamping Candi Arjuna berbentuk  kubus dengan desain yang berbeda satu dengan yang lain.

Candi Semar yang terletak di depan candi arjuna berukuran  kurang lebih empat kali tujuh meter persegi, bentuk bangunan pendek dengan atap berupa limasan.

CANDI GATUTKACA

Terletak disebelah selatan Komplek Candi Arjuna, dihubungkan oleh jalan setapak lebar 1,5 meter yang menanjak sepanjang kurang lebih 300 m ,disamping  Jalan raya kecil dimana Museum Kailasa terletak diseberangnya.
Diperkirakan Candi ini dibangun pada masa pemerintahan Ratu Sima. Dulunya, dibawah bukit tempat Candi Gatotkaca berada terdapat Telaga bernama Telaga BalaiKambang yang kini telah tertutup oleh tanaman Rumput liar.

Batur candi Gatutkaca tingginya sekitar 1 m dibuat bersusun dua dengan denah dasar berbentuk bujur sangkar. Di pertengahan sisi selatan, timur dan utara terdapat bagian yang menjorok keluar, membentuk relung seperti bilik penampil. Pintu masuk terletak di sisi barat dan, dilengkapi dengan bilik penampil. Anak tangga di batur terlindung dalam dalam bilik penampil.

Sebenarnya candi Gatotkaca ini merupakan bagian dari Kelompok candi sebagaimana Komplek Candi Arjuna yang terdiri atas lima Candi yaitu, Candi Gareng, Candi Petruk, Candi Sadewa, Candi Nakula dan Candi Setyaki, namun saat ini yang masih tersisa bangunannya hanyalah Candi Gatotkaca dan Candi Setyaki yang sedang dibangun kembali.

CANDI BIMA

candi bima dieng plateau Candi Bima terletak di sebuah Bukit, arah dari telaga Warna menuju Kawah sikidang. Candi Bima adalah candi terbesar di wilayah Dieng. bentuknya pun berbeda dengan Candi kebanyakan di daerah ini. Kaki candi berbentuk Bujur sangkar, dengan penampil yang menjorok keluar pada setiap sisinya.

Atap Candi Bima berupa 5 tingkatan dengan desain masing-masing tingkat mengikuti bentuk tubuh candi, dihiasi dengan pelipit padma ganda dan relung kudu. Kudu adalah arca setengah badan dengn posisi melongok keluar. Puncak atap sudah hancur sehingga tidak diketahui bentuk aslinya.

Saat ini Candi Bima sedang mengalami pemugaran untuk menghindari kerusakan lebih lanjut mengingat baru-baru ini ditemukan semacam trongga berdiameter sekitar 2m  di antara batu yang dikhawatirkan bisa mengakibatkan Candi Bima Amblas.